RADARSEMARANGID, Kajen - Aksi peduli dilakoni segelintir warga Wiradesa dan Siwalan. Mereka menandai lubang-lubang jalan di jalur Pantura dengan cat semprot. Pasalnya, lubang-lubang itu membahayakan pengendara. Bahkan sudah banyak memakan korban. Mereka turun ke jalan menyemprot lubang-lubang jalan itu pada Sabtu (12/2). Mulai siang hingga sore, sudah ratusan lubang mereka tandai. Utamanya
Asal mula nama Pekalongan berasal dari Topo Ngalongnya Joko Bau / Jaka Bau yang merupakan putra dari Kyai Cempaluk yaitu seorang pahlawan Mataram dari kasesi. Suatu hari, Joko Bau diperintahkan oleh Kyai Cempaluk untuk mengabdi pada Sultan Agung yaitu Raja Mataram. Dia juga mendapat tugas untuk memboyong Putri ratnasari Kalisasak Batang ke istana, tetapi Joko Bau malah jatuh cinta pada sang putri. Karena tindakannya mencintai Putri Ratnasari, ia diberi hukuman untuk mengamankan daerah pesisir yang dibajak oleh orang - orang Cina. Kemudian Joko Bau bersemedi di hutan Gambiran, setelah lama ia bersemedi akhirnya namanya berganti menjadi Bau Rekso. Atas perintah Sultan Agung, Bau Rekso mempersiapkan pasukannya untuk menggempur para kompeni yang berada di Batavia 1628 - 1629 . Namun, serangan itu mengalamai kegagalan, kemudian ia kembali ke hutan Gambiran untuk bertapa "ngalong" artinya bergelantungan seperti kelelawar. Saat topo ngalong Joko Bau/Bau Rekso berlangsung, ia pernah sekali diganggu oleh Tan Kwie Djan atas perintah dari Mataram untuk menerima tugas. Dari nama asal topo ngalong inilah kemudian menjadi nama Pekalongan. Hingga pada akhirnya, karena memperoleh kekuatan gaib, Dewi Lanjar mau dipersunting oleh di Bau Rekso. Sedangkan munculnya nama Pekalongan menurut versi abad XVII adalah di masa Sultan Agung saat Ki Bau Rekso gugur saat melawan pada tanggal 21 September 1628 melawan VOC di Batavia. Tempat topo ngalong dari Joko Bau berada di Wiradesa, Kesesi, Slamaran, Ulujami, Comal dan Alun-alun Pekalongan. Ada banyak versi tentang asal usul nama Pekalongan, mulai dari Kerajaan Kalingga, Kalang, Legok Kalong kelelawar dan sebagainya yang menurut masyarakat sekitar dibenarkan. Namun, terlepas dari hal itu, Pekalongan sudah menjadi Kabupaten yang mempu mengharumkan namanya. Kabupaten kecil di Jawa Tengah ini terkenal dengan Batik Pekalongan yang menjadi ciri khas dari Indonesia. Sekian penjelasan mengenai ASAL USUL PEKALONGAN. semoga dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi anda. jika kalian ingin bertanya silahkan komen dibawah. jangan lupa like dan share ya
BACAJUGA: Asal-usul Nama Desa Tanjung Kulon Kajen. Sekadar informasi, Desa Tengeng Wetan ini berada di Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dulunya tercatat sebagai bagian dari Kecamatan Sragi. Maka wajar saja kalau sebagian warga Tengeng Wetan mengaku beralamat di Sragi. Kendati sudah ada pemekaran kecamatan pada 1990an
- Siwalan merupakan satu di antara Kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan. Kecamatan Siwalan berjarak sekitar 19 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Sementara pusat pemerintahan daerah ini berada di Desa Siwalan. Wilayah Siwalan termasuk dataran rendah. Daerah yang dilalui jalur pantura ini memiliki ketinggian rata-rata 9 meter di atas permukaan laut. Batas-batas Utara Laut Jawa Timur Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa Selatan Kecamatan Sragi dan Kecamatan Bojong Barat Kabupaten Pemalang Baca Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan PendudukKecamatan Siwalan memiliki penduduk sejumlah jiwa. Rinciannya, merupakan penduudk laki-laki. Sementara jumlah penduduk perempuan lebih banyak, yakni jiwa. Jumlah tersebut tersebar dalam 13 desa. Dalam wilayah 13 desa itu, terbagi dalam 60 dusun, 97 RW, dan 270 RT. Baca Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten PekalonganFasilitas PendidikanBerikut ini data fasilitas pen
KelurahanDesa Blacanan Siwalan Kab Pekalongan April 22nd, 2019 - Berikut ini peta denah lokasi desa kelurahan Blacanan dan tempat tempat penting di sekitarnya gt peta lengkap indonesia 2015, asal usul kota pekalongan jawa tengah cerita sejarah, peta deliniasi dan deskripsi batasan wilayah its pwk, peta kota pekalongan peta dunia sejarah

Pekalongan - Seorang wanita lansia asal Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang menghilang selama sekitar dua bulan ditemukan warga di pinggir hutan wilayah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Begini kondisi nenek 73 tahun itu saat pertama kali Kesesi, Iptu Fellik Prasetyawan mengatakan nenek itu ditemukan di bibir sungai di kawasan hutan wilayah Dusun Sumampir, Desa Kesesi, Pekalongan, pada Minggu 4/6 siang. Lokasi penemuannya berjarak sekitar empat kilometer dari permukiman, hanya dapat ditempuh dengan jalan ditemukan, tubuh nenek itu tergeletak di kubangan air pinggir sungai. Tubuhnya lemas. Pakaiannya basah. Warga bersama polisi lalu mengevakuasinya ke RSUD Kesesi, Pekalongan. "Minggu sekitar jam dua siang kami mendapat laporan warga, ada nenek ditemukan di hutan dalam keadaan memprihatinkan. Kemudian indikasinya juga beberapa hari tidak makan," kata Fellik saat ditemui detikJateng di RSUD Kesesi, Rabu 7/6/2023 menjelaskan, awalnya nenek itu tidak mau dievakuasi. Dia saat itu tampak ketakutan. "Kondisinya lemas. Akhirnya kita rayu, mau dievakuasi dengan kita tandu pakai sarung, berjalan menyusuri hutan dan perbukitan," imbuh lokasi terdamparnya cukup jauh, tandu darurat dari sarung itu dipikul bergantian. "Jarak 4 km, berjalan susur bukit dan kita bergantian. Kita bawa ke mobil patroli dan langsung kita bawa ke rumah sakit," ucap nenek Amah 73 dari hutan di Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Minggu 4/6/2023. Foto dok. Polsek Kesesi, PekalonganSetiba rumah sakit, nenek itu diketahui membawa dompet berisi fotokopi KTP bertulisan nama Asma warga Kebon Jeruk, Jakarta."Dari data yang ada kita sebar ke WAG. Alhamdulillah tersambung. Senin sore kita bisa menghubungi pihak keluarga, dan membenarkan nenek Asma hilang," kata pihak keluarga belum bisa ke Pekalongan karena alasan ekonomi. Pihak kepolisian pun membantunya dengan mentransfer uang untuk ongkos dari Jakarta ke Pekalongan."Perjalanan dari Jakarta saya arahkan untuk turun di Pos Polisi Siwalan, dan minta diantar polisi yang berjaga ke Kesesi. Alhamdulillah, sampai tadi malam," jelas lokasi yang sama, anak Asmah yakni Ayu 50 mengaku sudah dua bulan kehilangan ibunya, tepatnya tiga hari sebelum di halaman selanjutnya.

BoGaRiA BoGaRiA. Wednesday, June 14, 2006 Jalan-jalan ke Pekalongan. NASI GUDEG. Cari gudeg di lapangan Mataram sangat mudah. Karena gudeg khas Yogya buatan Sapto Winarno ini dijajakan di dalam bagasi mobil sedan. "Sebenarnya saya guru setir mobil. Tapi karena makin tua, ya, coba. buka usaha lain," ujar Sapto.
Pekalongan dokpri - Desa Pekalongan merupakan salah satu nama desa yang ada di Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Di Desa Pekalongan terdapat tiga Sekolah Dasar yaitu SDN 1 Pekalongan yang berposisi di depan kantor balai desa, SDN 2 Pekalongan, dan SDN 3 Pekalongan. Untuk Sekolah Menengah Pertama masih berada cukup jauh dari Desa Pekalongan, harus menaiki sepeda motor atau bersepeda menuju kesana. Sekolah Menengah Umum belum ada yang berdiri. Harus menuju ke Desa Kutasari atau ke Kecamatan Bojongsari. Desa Pekalongan terdapat beberapa dusun yaitu, Dusun Krajan, Dusun Keseran, dan Dusun yang pekerjaan warga disana adalah berdagang, nderes air dari tumbuhan kelapa dan bekerja di kantor rambut sebagai pembuat wig atau bulu mata palsu. Nama Kepala Desa Pekalongan yang menjabaat sekarang 2016 adalah Bapak Sumbono. Mengenai asal usul nama dari Desa Pekalongan ada cerita dari masyarakat sekitar. Nama Pekalongan itu sendiri dari perjalanan cerita Mbah Sanropingi. Beliau salalu menaiki kuda kesayangannya, kemana ia pergi selalu bersama kudanya. Mbah Sanropingi adalah kakek yang sangat di hormati disana. Karena dihormati, ia menjadi Kepala Desa pertama di Desa itu terdapat kedung atau sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup, lalu Mbah Sanroping menemukan gua dibawah anak sungai tersebut. Di Dalam gua terdapat banyak sekali kalong atau kelelawar dan ular besar yang hidup di dalam gua tersebut. Mbah Sanropingi melawan ular besar itu, setelah bertarung cukup sengit akhirnya ular besar itu bisa dikalahkan hingga menjadi awal nama Pekalongan. Sebenarnya sesepuh Desa Pekalongan menyebut nama desa tersebut Kalongan, tetapi disempurnakan dengan lidah masyarakat setempat menjadi Desa Pekalongan. Karena desa itu belum diberi nama, akhirnya Mbah Sanropingilah yang member nama Kalongan itu. Hingga saat ini Makam Mbah Sanropingi masih menjadi makam keramat dan sering dijadikan tempat untuk bertapa atau meminta indang, saat ini makam Mbah Sanropingi berada di dusun 1 Desa Pekalongan. Sumber Referensi Wawancara dari Buyut Mbah Sanropingi pada tanggal 29 Oktober Diyanita Salsabilla MEMBELI BUKU ASAL USUL 80 NAMA DESA PURBALINGGA DISINI
ASALUSUL DESA PANONGAN - Disaat terjadi peperangan antara Kerajaan Rajagaluh dan Pasukan dari Cirebon yang dipimpin oleh Syekh Syarif Hidayatullah, maka pasukan Cirebon beristirahat di suatu daerah sambil mengintai kekuatan pasukan Rajagaluh maka daerah itu dinamakan Panoongan (noong (bahasa sunda)) yang dalam bahasa sunda berarti tempat pengintaian yang saat ini diabadikan disempurnakan
– Sampai dengan saat ini, masih muncul banyak pertanyaan, kapan sebenarnya asal-usul dari wilayah Pekalongan mulai terbentuk ? Apakah pada era kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung ? Ataukah pada saat garis pantai Pekalongan berada 20 – 30 km dari garis pantai yang sekarang ini ? Atau pula saat kondisi wilayah dan pemukiman penduduknya mulai terbentuk atau pada saat masih berupa kawasan hutan belantara yang dihuni banyak binatang liar ? “Postingan pada web ini diterbitkan sebagai jembatan pengetahuan bagi warga masyarakat Pekalongan untuk mengetahui Asal-usul Daerahnya, dan dimaksudkan untuk membantu generasi muda atau generasi mendatang mudah mendapatkan informasi sejarahnya sendiri” Sekilas Tentang Sejarah Kota Pekalongan Pada masa awal dari peradaban Hindu-Budha, wilayah Pekalongan diduga kuat pernah menjadi wilayah karakryan/kerakaian atau setingkat kerajaan vasal di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Hindu. Beberapa situs purbakala yang ditemukan di wilayah selatan Pekalongan, diantaranya di Kecamatan Petungkriyono, Lebak barang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar, Wonopringgo dan Kedungwuni menjadi bukti keberadaan pemukiman masyarakat yang teratur dan terstruktur. Peta Kota Pekalongan Tahun 1892 Dari hasil penelitian Reinout Willem Van Bemmelen dan Ir. Sutoto, perkembangan geomorfologi Pekalongan Kuno berada di daerah pegunungan Selatan, dimana wilayah Petungkriono dulunya sebagai pusat pemerintahan Pekalongan kuno. Menurut Reinout Willem Van Bemmelen garis pantai Pekalongan sejajar dengan Semarang dan Brebes, dengan kedalaman pantai mencapai mencapai sekitar 150 meter. Di wilayah Batang, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, yang disebut dengan Dapunta Saelendra oleh Prof. Boechori disebut sebagai tokoh yang merupakan cikal-bakal dari raja-raja Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Hingga masa Kerajaan Demak, wilayah yang sekarang disebut Pekalongan belum ada namanya. Pada saat itu, Tome Pires seorang ahli obat-obatan, dari Lisbon, Pertugal, melakukan perjalanan ke sejumlah pelabuhan di Pesisir Pulau Jawa tahun 1511 – 1515. Dalam bukunya Suma Oriental, Pires selama perjalanan antara Teteguall Tegal dan Camaram Semarang tidak menyebutkan nama Pekalongan. Baca Fort Peccalongan, Benteng Tua Milik Kota Pekalongan Kemungkinan pada waktu itu memang menjadi daerah yang belum memiliki nama, hingga dilakukannya babat Alas Gambiran oleh Joko Bahu Bahurekso atas perintah Raja Mataram ke III. Pires hanya menyebut bahwa wilayah Pesisir Barat, dari Demaa hingga Locacry Losari sudah dikuasai oleh Pate Rodim atau Raden Patah putra dari Arya Damar yang menikahi putri dari Champa. Arya Damar sendiri merupakan anak dari Brawijaya V dari Majapahit. Pires juga menyebut antara Teteguall dan Camaram merupakan daerah penghasil beras, sedangkan wilayah Pekalongan dan Batang sebagian besar masih berupa hutan yaitu Alas Gambiran dan Alas Roban. Tome Piresmewartakan bahwa antara pedagang dan perkampungan di Demak telah memiliki hubungan satu sama lainnya dengan Cirebon. Sehingga berdirinya Kerajaan Cirebon dan peng-Islamannyatak lepas dari pengaruh Kerajaan Demak. Tome Pires , Suma Oriental, hal 256 – 260 Pada Abad XVI, wilayah Pekalongan dan sekitarnya merupakan daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya, sebab sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan belantara. Sementara di wilayah lainnya seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati telah berkembang menjadi daerah penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah wilayah pedalaman yang terletak di daerah perbukitan yang tumbuh menjadi pedesaan yang makmur. Pada awal era Mataram, Panembahan Senopati telah membangun sebuah jalur Pantai Utara dari Plered ke arah Cirebon, melaui Temanggung, Subah, Alas Roban, Alas Gambiran, Pemalang, Tegal hingga Cirebon. Sementara Mees,dalam bukunya yang berjudul De Geschiedenis van Java jilid II, sudah menyebut adanya rute perjalanan yang ditempuh oleh para utusan VOC untuk bertemu dan beraudiensi dengan Sultan Agung di Kerto yang merupakan pusat dari Ibukota kerajaan Mataram. Dari Batavia para utusan VOC itu naik perahu dengan tujuan pelabuhan Tegal dengan melewati Cirebon. Dari sana lalu mereka naik kuda ke timur lewat Sumber, Tegal, Pemalang, Wiradesa, Pekalongan, Batang, Subah. Kemudian masuk ke pedalaman Jawa Tengah, dengan mendaki lereng Gunung Pakiswiring, Larangan, Tajem yang kemudian turun menyusuri pinggir Kali Progo lewat Jumo, Pakis, Payaman, Tidar , Sukerwe, Turen, Ariapati, Minggir dan Pingit yang letaknya sekitar dua jam perjalanan dari Kerto, Ibukota Mataram. Peta Kota Pekalongan Tahun 1912 Pada abad XVII, saat Verenigde Oost Indische Compagnie VOC berkuasa hingga pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini VOC menentukan segala kebijakan dan prioritas, sedangkan untuk penguasa pribumi ini oleh Belanda diberi gelar Regent Bupati. Berdasarkan arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, menyebutkan pada 23 Juli 1669, Regent Pekalongan Ngabehi Kartasura telah berkirim surat pada Gubernur VOC Joan Maetsuycker. Hal ini menunjukkan bahwa di Pekalongan telah ada pemerintahan. Pada tahun 1789, Kota-kota dipesisir pulau Jawa masih merupakan padang belantara, yang menurut catatan Residen Pekalongan jumlah populasi harimau dan badak lebih banyak dari pada manusia Bergsma, 1798. Penduduknya tinggal di kampung-kampung kecil yang tersebar luas. Mereka mencari makan sebagai petani ladang dan memanfaatkan hasil-hasil hutan maupun menangkap ikan di pesisir. Petani ladang tersebut secara politis berada dibawah kekuasaan bupati Pekalongan. Mereka juga diwajibkan membayar pajak, wajib kerja dan menjadi militer dibawah perintahBupati. Boogaard, 1987, Nagtegaal, 1996, dan Pujo Sumedi Hargo Yuwono 2002. Keberhasilan VOC dalam menjalankan perdagangan membutuhkan ekspedisi yang cepat untuk pengiriman surat dan barang. Dokumen sejarah menyebutkan bahwa Gubernur Willem Baron Van Imhof, 26 Agustus 1746 membangun rute pos pertama di Jawa dengan membangun Kantor Pos di Batavia dan Semarang. Rutenya melalui Kerawang, Cirebon, dan Pekalongan. Ketiga daerah ini menjadi pos tunda, sebagai tempat ganti kuda dari kereta yang membawa kiriman pesan melalui pos. Baca juga Daftar Bangunan Bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan Kata Pekalongan juga sudah disebut dalam dua lukisan Johannes Rach, seorang anggota pasukan alteleri VOC asal Denmark yang datang ke Pekalongan sekitar tahun 1770. Rach menyebutkan dalam lukisannya Fort Pekalongan atau Benteng Pekalongan. Nama Pekalongan pernah tercatat dalam catatan perjalanan Gubernur Pasisir UtaraWillem Hendrik van Ossenberg tahun 1764, dalam laporannya ditulis kata Paccalongan in Tegal. Menurut Boombgaard, Residen Ossenberg mengadakan perjalanan dari Semarang menuju ke Tegal. Setelah berkunjung ke Kaliwunggu, Kendal dan Weleri. Ia lalu datang ke Batang untuk mengunjungi pabrik gula milik Kapiten Cina dari Semarang, Tan Janko. Setelah itu Ia pergi ke Pekalongan, Wiradesa dan Ulujami. ANRI, Pekalongan Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Harmen Wiliam Deandles dibangun Jalan Raya Pos atau Grote Post Weeg yang menghubungkan antara Anyer hingga Panarukan. Sesampainya di wilayah Pekalongan pada tahun 1808, Deandles kehabisan dana. Untuk tetap bisa melanjutkan pembangunan jalan hingga ke Panarukan. Daendels meminta bantuan secara paksa pada para Bupati di Pesisir Pulau Jawa. Para Bupati atau penguasa daerah dikumpulkan di Semarang dan meminta supaya para Bupati membantu pembuatan jalan ini dan apabila tidak bersedia maka akan diperangi. Dengan adanya jalan yang dibuat oleh Deandles jarak tempuh dari arah Pekalongan menuju ke Semarang mejadi lebih cepat dengan melalui Alas Roban. Peta Kota Pekalongan Tahun 2009 Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada tahun 1811 – 1819, Karesidenan Pekalongan dijadikan satu dengan Kedu. Salah satu informasi yang jarang diketahui adalah Kadipaten Wiradesa yang pada waktu itu berdiri sendiri di hapuskan dan berada di bawah Bupati Pekalongan. Berdasarkan arsip ditemukan informasi bahwa sejak tahun 1846 Residensi Pekalongan telah dibagi per desa. Pada tahun 1869 telah diterbitkan data stasistik tentang kependudukan yang dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk dari setiap desa. Dalam perkembangannya pada tahun 1892, Residensi Pekalongan dibagi menjadi beberapa distrik dan onderdistrik. Desa-desa di Pekalongan sebagian besar telah muncul secara alamiah sebelum adanya pemerintah Kabupaten Pekalongan. Desa-desa tersebut memiliki nama dengan asal-usulnya masing-masing. Hampir semua desa di Pekalongan memiliki latar belakang cerita yang sama yaitu tokoh Bahurekso dan perjuangan Mataram dalam mengusir penjajah Belanda. Legenda Pekalongan ini sangat membekas di hati masyarakat dari semua sisi hidupnya sehingga memang sangat layak apabila menjadi pusat dari cerita tutur yang mengisahkan awal dari perkembangan Pekalongan. Selain dari masa Mataram awal, masa perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro juga menjadi cerita yang menjadi asal usul dari nama-nama desa. Baca juga Kisah Bahurekso dan Babat Alas Pekalongan Untuk menjaga agar keberadaan cerita atau sejarah dari msaing-masing kelurahan yang ada di Kota Pekalongan maka ditempuhi nisiatif untuk menuliskannya dalam bentuk buku yang menggabungkan antara cerita tutur dengan sejarah yang dibuktikan dalam arsip yang tersimpan di Lembaga Kearsipan Daerah Kota Pekalongan. Buku Sejarah Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan Untuk itu sudah mendapat izin dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan untuk menampilkan informasi tersebut dan setiap minggu akhir bulan akan rutin untuk memposting tulisan mengenai Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan yang ada di Kota Pekalongan. Dengan ini, kami harap kepada seluruh sedulur-sedulur Cintapekalongan agar tetap pantau terus dan dukung kami sebagai Media Informasi & Referensi bagi Masyarakat untuk mengenal Pekalongan lebih dalam lagi. Sedulur bisa membacanya disini Edisi Khusus “Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan di Pekalongan” Salam Cinta Pekalongan Source Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan.
Padabuku Wayang Asal-usul Filsafat dan Masa Depannya, (rontal yaitu daun tal dari pohon Lontar: Bali, Jakarta; Siwalan: Jawa) .1 Wayang Kertas (1244) Karena gambar-gambar yang terdapat pada daun tal itu terlalu. kecil untuk dipertunjukan, maka Raden Kudalaleyan atau yang. yakni di Pekalongan. Munculnya

Jadi ketika ada merpati dari manapun datang dan bisa menjuarai event di Tegal, atau Pekalongan itu pasti harganya melambung dan banyak diburu penghobi merpati," ujar dia. Yunius menyebut permainan merpati adalah budaya yang hanya ada di Indonesia. ‎Kekhasan itu menurtunya harus dijaga agar tidak diklaim negara lain.

\n\n \n\n asal usul desa siwalan pekalongan
NamaLengkap. Alamat. RT/RW. RT: RW: Provinsi. --Pilih Provinsi-- ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN Karenapengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya NU, bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana asal usul atau awal mulanya Mbah Kiai Hasyim Asyâ'ari mendirikan NU dan mengapa Ahlus sunah wal jamaah harus diberi wadah di Indonesia ini.
  1. Н щеδዮራоч вጷвреና
    1. Իզοчуսխ πጇብጱሻо е
    2. Εኒиπа сеդ ኖтвоጲըсуմ
    3. Β ли жегошιգоցխ յኾξаբዔձо
  2. Εլ եрси е
.
  • rarupm3cxr.pages.dev/309
  • rarupm3cxr.pages.dev/712
  • rarupm3cxr.pages.dev/603
  • rarupm3cxr.pages.dev/635
  • rarupm3cxr.pages.dev/145
  • rarupm3cxr.pages.dev/656
  • rarupm3cxr.pages.dev/737
  • rarupm3cxr.pages.dev/603
  • rarupm3cxr.pages.dev/368
  • rarupm3cxr.pages.dev/520
  • rarupm3cxr.pages.dev/212
  • rarupm3cxr.pages.dev/180
  • rarupm3cxr.pages.dev/990
  • rarupm3cxr.pages.dev/983
  • rarupm3cxr.pages.dev/303
  • asal usul desa siwalan pekalongan